BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Meditasi atau Samadhi ( Meditation) merupakan suatu kegiatan atau usaha seseorang
dalam mengembangkan atau mengarahkan suatu kesadaran yang baik ( Kusala Citta) kepada salah satu obyek
yang dipilih. Buddhisme menjelaskan bahwa Bhavana berarti
pengembangan, yaitu pengembangan batin dalam melaksanakan pembersihannya
istilah lain Samadhi
atau Bhavana yang artinya memusatkan pikiran pada satu obyek.
Bhavana menjelaskan obyek sebagai penghantar dalam memfokus
suatu keasadaran baik, maka Buddha memberikan beberapa obyek yang dapat
digunakan dalam melakukan meditasi/samadhi dengan benar. Obyek yang dipilih
disesuaikan dengan meditasi jenis apa yang dilakukan, karena Buddha memberikan
dua jenis meditasi, yaitu Meditasi Samatha
Bhavana dan Meditasi Vipassana
Bhavana. Setelah mengetahui jenis Meditasi apa yang sedang/akan dilakukan
maka dapat memilih obyek yang sesuai dengan jenis meditasi yang dilakukan.
Buddha memberikan beberapa cara melakukan meditasi dengan
baik, yaitu dengan terlebih dahulu memahami diri sendiri atau diri setiap
seseorang, baik kepribadian, sikap, tingkat emosi atau jenis-jenis kondisi
batin seseorang atau biasa disebut karakter (Carita).
Dengan mengetahui karakter seseorang maka akan mudah menyesuaikan tempat yang
sesuai dalam melakukan meditasi dan jenis-jenis obyek yang mendukung.
Banyak diantara orang-orang melakukan meditasi namun
tidak melihat atau memahami karakter dirinya-sendiri yang diperoleh bukan
pengikisan karakter yang dianggap mengganggu namun malah membawa dalam bentuk
kesombongan, merasa sudah mencapai apa yang menjadi tujuan dari meditasi,
tetapi bila karakter yang dimiliki ada/ timbul kembali akan timbul kegelisahan
atau tidak puas dengan pelaksanaan meditasi yang dilakukan. Karena sebelumnya
tidak memahami watak yang dimiliki, oleh karena itu meditasi harus benar-benar
memperhatikan karakter yang dimiliki agar obyek dan tempat yang dipilih dapat
memberikan dukungan dalam pelaksanaan meditasi dan mencapai tujuan meditasi
yang diharapkan.
B.
Indentifikasi
masalah
Penjelasan
latar belakang tentang permasalah meditasi masih terdapat beberapa masalah yang
timbul diantaranya sebagai berikut;
1.
Masih
ada banyak orang meditasi tidak memperhatikan karakternya.
2.
Dengan
tidak memperhatikan karakternya maka pelaksanaan meditasi kurang berhasil.
C.
Rumusan
masalah
Indentifikasi
masalah memberikan gambaran terhadapa masalah-masalah tentang apakah karaker
seseorang dapat memberikan pengaruh seseorang dalam pelaksanaan meditasi.
Bagaimana pengaruh karakter seseorang terhadap pelaksanaan meditasi?
D.
Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Meditasi dan watak ( carita )
1.
Makna
meditasi
Meditasi dapat di
artikan sebagai: “sedang melatih pemusatan pikiran,”pengetahuan pemusatan
pikiran,”hasil dari pemusatan pikiran pada suatu obyek. Samadhi dipandang
sebagai “hasil”, karena istilah samadhi mencakup juga kegiatan batin yang
menimbulkan pikiran terpusat pada suatu obyek.difinisi yang lebih terperinci,
istilah “baik” lebih penting dari “terpusat pada suatu obyek” karena jika
timbul pikiran buruk/jahat , meskipun terpusat pada suatu obyek “ hasilnya
adalah samadhi salah (miccha samadhi). Oleh kerena itu, obyek yang di
pergunakan dalam latihan samadhi harus sesuatu yang tidak menimbulkan pikiran
buruk, melainkan sesuatu yang menimbulkan pikiran baik, berarti adalah samma
samadhi( samadhi benar ). Berkenaan dengan samadhi( meditasi ) sang buddha menjelaskan
dua macam samadhi, yaitu: samatha
bhavana bhavana merupakan meditasi yang mengarah pada ketenangan batin. Dalam
samatha bhavana ada 40 macam obyek yang di antaranya :(1). 10 Kasina (
wujud benda), (2). 10 asubha ( wujut mayat), (3). 10 Anussati (perenungan), (4)
4 Apamana (Metta, Karuna, Mudita, Upekkha), (5). 4 Ruang Tanpa batas, (6). 1
Makanan menjijikkan (Aharapatikulasanna), (7). 1 Analisa terhadap 4
unsur(tanah, air, api, warna). Vipassana bhavana adalah meditasi pengembangan
batin sehingga dicapai kebijaksanaan karena terkikisnya kekotoran batin.
Vipassana bhavana ada dua macam obyek di antaranya, yaitu nama dan rupa. Lima
obyek dalam nama dan rupa yaiti: (1). Rupakkandha, (2). Vedanakkandha, (3).
Sannakkandha, (4). Sankharakkandha, dan (5). Vinnanakkandha.
2.
Makna
carita (watak)
Carita (kecenderungan) adalaha kondisi pikiran batin
manusia yang belum mencapai kesucian. Carita digunakan untuk tahap penyesuan
diri dalam pelaksanaan meditasi sehingga dalam memilih obyek dapat memberikan
dukungan akan hasil meditasi, carita disadari dan tidak disadari mempunyai
pengaruh bagi seseorang yang akan melakukan meditasi dalam tahap awal. Menurut
buddha terdapat enam watak ( carita),
antara lain sebagai berikut:
a.
Raga
Carita
Raga
carita merupakan orang yang keras nafsu lobhanya, melaksanakan sesuatu
berdasarkan lobha, cenderung kearah keindahan dan kecantikan, kagum melihat
sesuatu kebajikan walau kecil sekali, mudah melupakan kesalahan orang lain, cerdik,
sombong, berambisi besar, mementingkan diri sendiri. Orang seperti ini sangat
melekat kepada keindahaan, kerapian dan keteraturan, kurang peka terhadap
makanan dan kurang selera yang tinggi terhadap mode dan tempat tinggal.
Mereka
yang termasuk raga carita, di sarankan memilih lingkungan dan tempat tinggal
untuk melaksanakan meditasi yang tidak rapi, kotor dan tidak menarik, pakaian
yang di kenakan harus jelek, banyak tambalan, warnanya sudah luntur,
sobek-sobek, bahkan peralatan yang digunakan berkualitas jelek.
Postur
untuk meditasi sebanyak dan selama
mungkin dalam sikap berdiri, menghindari postur duduk dan berbaring.
Menghindari benda-benda dan peralatan yang dapat merangsang hawa napsu dan
menimbulkan kemelekatan yang kuat. Sebaiknya menggunakan benda-benda yang
berwarna biri atau biru tua. Jika memilih kasina sebagai objek meditasi,
sebaiknya memilih kasina biru. Obyek meditasi yang di pergunakan dalam
melaksanakan samatha bhavana sebaiknya sepuluh asubha dan satu
kayakayagatasati.
b.
Dosa
Carita
Dosa
carita merupakan orang yang keras kebenciannya, cenderung ke arah panas hati,
suka narah, suka jengkel, iri hati, tak senang melihat kesalahan walau kecil,
tak mau tau atas kebajikan orang walau besar, suka bermusuhan, memandan rendah
orang lain, suka memerintah dan mendikte orang lain.
Orang
yang mempunyai watak seperti ini akan terlihat dalam tingkah lakunya, seperti
kalau berbicara suaranya kasar, bila berjalan langkahnya selalu tergesa-gesa
bila melakukan pekerjaan biasanya kasar, perangai kaku dan hatinya cepat panas
memiliki watak pemarah dan pembenci.
Mereka
yang termasuk dalam dosa carita, disarankan memilih lingkungan atau tempat
tinggal untuk melaksanakan meditasi yang
rapi, indah, teratur dan menyenangkan, bebas dari semua hal yang
menimbulkan kejengkelan.
Postut
untuk meditasi sebanyak dan selama mungkin dalam sikap berbaring atau duduk.
Obyek meditasi yang dipergunakan dalam melaksanakan samatha bhavana adalah
empat kasina (nila, pita, lohita, dan odata kasina ) dan empat apamanna (
metta, karuna, mudita, dan upekkha )
c.
Moha
Carita
Moha carita
merupakan orang yang bodoh ( dungu ), melaksanakan sesuatu berdasarkan
kebodohan batin, cenderung kearah kelemahan batin, suka bingung, suka
ragu-ragu, suka kuatir, menggantungkan diri pada pendapat orang lain,
pikirannya ruwet, malas, pendiriannya tidak tetap, kadang-kadang kukuh memegang
suatu pandangan.
Moha carita adalah
watak dari seseorang yang lamban dan selalu merasa ngantuk dan tidak aktif.
Mereka yang termasuk moha carita, disarankan memilih lingkungan atau tempat
tinggal yang terang, tidak gelap, banyak cahaya, terbuka dan luas, dapat
melihat pandangan yang bagus.
Perlengkapan dan
benda-benda yang di pergunakan harus berukuran besar. Postur untuk meditasi
yang paling tepat adalah berjalan. Obyek meditasi yang di pergunakan dalam
melaksanakan samatha bhavana adalah anapanasati.
d.
Saddha
Carita
Saddha
carita merupakan orang kuat keyakinannya, melakukan sesuatu berdasarkan
keyakinan, cenderung kearah rendah hati, dermawan, jujur, suka menemui
orang-orang suci, suka mendengarkan dhamma, yakin pada sesuatu yang dianggap
baik.
Orang
yang memiliki Saddha Carita mudah percaya, sangat mudah diyakinkan ,
menerima dan percaya tanpa pengertian
tentang sesuatu yang diketemukan. Postur tubuh meditasi yang tepat sikap
berdiri dan berjalan. Lingkungan, tempat tinggal sama dengan mereka yang
memiliki dosa carita . di samping itu, sangat bermanfaat apa bila tinggal dalam
lingkungan yang mendorong atau menimbulkan kemampuan berpikir mereka, seyogyanya
suka bergaul dengan seseorang yang dapat memberikan petunjuk-petunjuk dan
merangsang daya ciptanya dengan cara yang benar.
Obyek
meditasi dalam melaksanakan samatha bhavana adalah enam anussati (
budhanussati, dhammanussati, sanghanussati, silanussati, caganussati, dan
devatanussati).
e.
Buddhi
Carita
Buddhi
carita atau nana carita merupakan orang yang bijaksana, cerdas dan mempunyai
pengetahuan dhamma, melaksanakan sesuatu dengan hati-hati cenderung kearah
perenunggan terhadap tiga corak umum ( tilakkhana) dan meditasi, selalu ingin
tahu, belajar dan meneliti untuk menambah pengetahuan, mempunyai kawan yang
baik dan bersedia mendengar omongan orang lain.
Semua
petunjuk yang di berikan untuk carita-carita yang lain sesuai dengan buddhi
carita, karena ia dapat menyesuaikan diri dengan semua lingkungan. Obyek
meditasi dalam melaksanakan samatha bhavana adalah marananussati,
upasamanussati, aharepatikulassanna, dan catudhatuvavathana.
f.
Vitakka
Carita
Vitakka
carita merupakan orang yang suka melamun, melaksanakan sesuatu dengan
tergesa-gesa, cenderung kearah kegugupan, kegagalan dalam usaha, suka berteori,
pikirannya suka berkeliaran, tidak suka bekerja untuk kepentingan sosial.
Mereka yang memiliki vitakka carita, pikirannya mudah sekali gelisah, dan
berpindah-pindah tetapi tidak secara intelektual, pikirannya bergerak tanpa
tujuan yang jelas.
Lingkungan
yang sesuai adalah lingkungan yang tidak memberikan rangsangan atau mendorong
untuk berpikir, tidak menyebabkankebinggungan.tempat tinggalnya harus yang
kecil, tetapi bersih dan cukup bercahaya.memiliki peralatan secukupnya dan
jangan bergaul dengan orang yang suka membucarakan hal-hal yang tidak berguna. Postur
dan warna sama dengan carita. obyek meditasi dalam melaksanakan samatha bhavana
adalah anapannassati.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Meditasi
dapat di artikan sebagai: “sedang melatih pemusatan pikiran,”pengetahuan
pemusatan pikiran,”hasil dari pemusatan pikiran pada suatu obyek. Samadhi
dipandang sebagai “hasil”, karena istilah samadhi mencakup juga kegiatan batin
yang menimbulkan pikiran terpusat pada suatu obyek.difinisi yang lebih
terperinci, istilah “baik” lebih penting dari “terpusat pada suatu obyek”
karena jika timbul pikiran buruk/jahat , meskipun terpusat pada suatu obyek “
hasilnya adalah samadhi salah (miccha samadhi). seseorang sebelum melakukan
meditasi hendaknya orang tersebut mengetahui teori meditasi setelah mengetahui
teori meditasi faktor lain di butuhkan seseorang, mengetahui carita (watak ),
dengan mengetahui watak dapat memilih obyek yang sesuai dengan watak. Setelah
mengetahui watak dan obyek juga menentukan tempat yang sesuai untuk bermeditasi
agar dapat di capai ketenangan maupun kebahagiaa.
B.
Saran
Dengan
selesainya makalah ini, penyusun mengharapkan bahwa pembaca dapat memberikan
pengetahuan mengenai Watak (Carita) yang ada dalam setiap individu. Dan kami
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, sehingga
kami mengharapkan kritik dan saran demi kemajuan bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Panjika.
Kaharudin,2005. Abhidhammatthasangha. CV Yanwreko Wahana Karya; Jakarta
Bhikku
Cahalui Sujivo, 1989.Samma Samadhi. Yayasan Bandung Succino Indonesia. Bandung
Maha
Nayaka A.Jinarakkhita, 2004. Vajra Dharma Nusantara. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar