RINGKASAN
7 KITAB ABHIDHAMMA
1.
DHAMA SANGANI
Kitab tentang perincian paramatha dhamma yang terbagi dalam empat bab
sebagai berikut;
1.
Cittupada kanda, berisikan tentag kesadaran dan satuan-satuan yang
menyertainya (cetasika)
2.
Rupa kanda, menguraikan tentang jasmani (materi/rupa)
3.
Nikkhepa kanda, berisi ringkasan
4.
Atthuddhara karida, menguraikan tentang penjelasan pandangan singkat
mengenai bab-bab terdahulu.
Buku ini menjelaskan pula tentang
22 tikamatika (kelompok 3) dan 100 duka matika (kelompok 2) yang berisikan
tentang intisari dari abhidhamma. Sebagian besar menguraikan tentang tiga yang
pertama dari kelompok tiga yaitu tentang kusala dhamma, akusala dhamma, dan
abhyakatha dhamma. Kitab ini tercakup didalamnya 13 bhanavana (1 bhanavara =
250 syair, 1 syair = 4 baris, 1 baris = 8 huruf dewanagari, maka 1 bhanavara
terdiri dari 8000 huruf dewanagari). Oleh sebab itu buku ini terdiri kurang
lebih 104.000 huruf dewanagari.
Untuk mengetahui secara garis besar bila kita tinjau dari bab per bab
adalah sebagai berikut:
1.
Citta padakanda (kesadaran dan satuan-satuan yang menyertainya)
Bab ini menguraikan beberapa hal sebagai berikut:
a. Kesadaran yang
menyenangkan/menyehatkan
b. Kesadaran yang tidak menyenangkan/tidak
menyehatkan
c. Keadaan-keadaan karmis netral
2. Rupa kanda(kejasmanian)
Bab ini merupakan satu tambahan dari bagian tiga yang berurusan dengan
keadaan-keadaan yang netral. Seperti contoh ; berkenaan dengan semua keadaan
yang netral, dan tidak hanya mengenai kejasmanian sebagai berikut: �fenomena manakah karmis yang netral ? akibat-akibat karma yang tergolong
pada lingkungan materi halus dan pada lingkungan tanpa materi atau pada
lokuttara yang terdiri dari perasaan, pencerapan indra, dll, lebih jauh
fungsi-fungsi kirya yang karmis netral...... lebih jauh. Semua rupa maupun
unsur yang tak tercipta (nibbana) semua barang-barang ini adalah karmis netral.
Semua rupa adalah empar unsur primer yang fisikal dan fenomena fisikal sekunder
yang diturunkan daripada primer".
Hal yang berkenaan dengan semua rupa dan uraian terpisah kejasmanian.
Uraian masalah kejasmanian ini diuraikan dalam judul tunggal sampai sebelas
judul.
3. Nikkhepakanda (ringkasan)
Bab ini berisikan suatu penjelasan lengkap dari istilah-istilah dalam
abhidhamma dan sutta dan disusun dengan rencana-rencana itu dimulai dengan penjelasan
abhidhamma sebagai berikut:
Fenomena manakah adalah karmis yang menyehatkan (kusala) ?
Tiga akar dari karma yang menyehatkan (kusala hetu) adalah : tanpa
keserakahan,
tanpa kebencian, dan tanpa kekhayalan dan bentuk-bentuk batin yang
mengikuti,
lebih jauh semua karma badaniah, ucapan dan batin yang berakar dari ketiga
hal
tersebut.
Tiga akar dari karma yang tidak menyehatkan meliputi .........
Fenomena yang netral meliputi......
Disusul dengan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena yang disertai
perasaan
gembira dll
4. Atthuddhara kanda (pandangan
singkat)
Bab ini juga sering dikenal dengan bab penjelasan singkat, dalam bab ini
hanya
berkaitan dengan penjelasan abhidhamma tetapi lebih ringkas. Contoh;
fenomena
manakah adalah karma menyehatkan ?. Semua yang menyehatkan dalam empat
tingkat kesadaran. Fenomena manakah yang karma tidak menyehatkan dua belas
kesadaran yang tidak menyehatkan.
2.
VIBHANGA
Buku kedua dari abhidhamma pitaka yakni vibhanga, terdiri dari satu seri
dari 18
risalat, atau vibhanga semuanya lengkap dalam diri mereka sendiri dan tidak
tergantung pada yang lainnya. Tiap risalat biasanya terdiri dari 3 bagian:
penjelasan
secara sutta, penjelasan secara abhidhamma, dan satu bagian Tanya jawab.
Oleh karenanya 3 risalat pertamanya vibhanga dalam satu ukuran tertentu
adalah
merupakan satu tambahan pada dhammasangani, sekalian merupakan satu fondasi
untuk dhatu katha. Tiga risalat itu sementara tertuju pada satu
penyelidikan dari tiga
golongan yang terpenting untuk mendapatkan pengertian sejati dari pada
falsafah
Buddhis, yaitu :
·
5 kelompok daripada kehidupan
(khanda)
·
12 landasan (ayatana)
·
18 unsur psyco fisikal (dhatu),
sehubungan dengan tiga aspek mana di dalam
dhatu katha semua fenomena dari kehidupan dan dihubungkan. Disamping
itu tiga golongan tersebut membentuk pokok-pokok dari 3 bab pertama dari yamaka,
sedangka di dalam puggala pannati 3 golongan itu mendahului daftar dari isinya (matika),
Banyakpasal-pasal di dalam vibhanga juga terdapat dalam patisambhidamagga dari
khuddaka
nikaya, ia mempunyai rupa yang sama, baik dalam isinya maupun dalam
susunannya dan kedua buku itu sering ditunjukkan dan dikutip di dalam visudhi magga.
Lima Kelompok Daripada Kehidupan
Lima kelompok itu yang dalam tiga aspek mereka sebagai kesadaran, penyerta
batin dan kejasmanian telah diuraikan di dalam dhammasangani dari sudut apa
yang disebut kehidupan perorangan atau dalam arti yang lebih luas seluruh
kehidupan sama sekali yaitu :
1. Kejasmanian (rupa)
2. Perasaan (vedana)
3. Cerapan indera (sanna)
4. Formasi-formasi batin (sankhara)
5. Kesadaran (vinnana)
Penjelasan Secara Sutta
Lima kelompok-kelompok itu diuraikan sebagai yang lampau, mendatang, atau
sekarang sebagai kepunyaan seseorang atau yang diluar, sebagai yang kasar atau
halus, rendah atau luhur, dekat atau jauh. Kemudian menyusul penjelasan tentang
tiap istilah itu dengan jalan Tanya jawab untuk masing-masing kelompok secara terpisah.
Demikianlah misalnya kejasmanian kasar disebut sebagai yang terdiri daripada 5
indera fisikal dan objek-objek indera yang sehubungan dengan itu; kejasmanian
halus yang terdiri dari kewanitaan, kekuatan, pengenalan secara badaniah dan
lisan, dll. Untuk kelompok dari perasaan (vedana-khanda) penjelasan diberikan
seperti berikut:
"Perasaan yang karmis tidak menyehatkan adalah kasar, vang menyehatkan
dan yang netral adalah halus; perasaan yang menyehatkan dan yang tidak
menyehatkan adalah kasar, yang menyenangkan dan yang tidak acuh adalah halus,
perasaan yang menyenangkan dan menyakiti adalah kasar, perasaan tidak acuh
adalah halus, perasaan-perasaan yang bertunduk pada kecondongan-kecondongan
adalah halus. Yaitu untuk mengatakan bahwa perasaan ini dan itu adalah kasar
atau halus berada di dalam perbandingan satu dengan yang lain.
Penjelasan Secara Abhidhamma
Penjelasan tentang kejasmanian terdiri daripada pengulangan harafiah dari
cetakan untuk kejasmanian. Pernyataan-pernyataan mengenai masing-masing dari
empat khanda batin itu dikelompokkan dalam empat bagian. Tiga bagian pertama
terdiri daripada sejumlah susunan penggolongan dari khanda masing-masing yang
dua-kali-ganda, tunggal, tiga-kali-ganda sehingga sepuluh-kali-ganda. Bagian
keempat berisikan berbagai susunan dari yang 7-kali-ganda. 24 kali-ganda,
30-kali-ganda, dan berlipat-ganda.
III. DHATU KATHA
Dhatu katha terdiri dari 14 bab yang beratus-ratus pertanyaan dan jawaban.
Judul yang lengkap seharusnya adalah khanda-ayatana-dhatu-katha�. yaitu perbincangan berkenaan dengan penunjukkan pada kelompok-kelompok,
landasan-landasan, dan unsur-unsur. Dhatu katha dibagi dalam 14 bab, yaitu:
1. Termasuk-an dan ketidak-termasuk-an
2. Termasuk dan tidak-termasuk
3. Tidak-termasuk dan termasuk
4. Termasuk dan termasuk
5. Tidak-termasuk dan tidak-termasuk
6. Kumpulan dan lepas-dari-kumpulan
7. Berkumpul dan tidak berkumpul
8. Tidak-berkumpul dan berkumpul
9. Berkumpul dan berkumpul
10. Tidak-berkumpul dan tidak-berkumpul
11. Berkumpul-dengan dan lepas-dari-berkumpul, yang-termasuk
12. Termasuk dan tidak-termasuk di dalam yang-berkumpul
13. Berkumpul-dengan, lepas-berkumpul-dari, yang-tidak-termasuk
14. Termasuk dan tidak-termasuk di dalam yang-lepas-dari-berkumpul
Di sini harus dicatat bahwa dalam abhidhamma istilah "berkumpul� (sampayutta) adalah khusus disediakau untuk fenomena batin saja, yaitu
untuk mereka yang bercampur dalam satu saat kesadaran tunggal. Istilah itu
tidak bisa digunakan untuk susunan dari fenomena materi ataupun untuk
hubungan-hubungan mereka pada proses-proses atau faktor-faktor batin.
Empat belas judul-judul yang telah disebut terdahulu itu membentuk bagian
pertama daripada cetakan atau rencana dengan mana dhatu katha dimulai. Dalam
bagian kedua daripadanya, ditunjukkan fenomena, fenomena mana adalah pokok dari
pertanyaan mengenai ke-ikut-sertaan mereka, dll, di dalam unsur-unsur dll.
Mereka itu pertama-tama terdiri dari 125 fenomena, yaitu :
5 kelompok-kelompok dari kehidupan (khanda)
12 landasan-landasan (ayatana)
8 unsur-unsur (dhatu)
4 kebenaran-kebenaran (sacca)
22 kemampuan (indriya)
12 (rangkaian dari) asal mula yang bergantung (paticcasamuppada)
4 fondasi dari kewaspadaan
4 usaha benar (sammapadana)
4 jalan pada kekuatan (iddhipada)
4 pencerapan
4 keadaan yang tidak terbatas
5 kemampuan batin (indriya)
5 kekuatan-kekuatan (bala)
7 faktor-faktor dari penerangan batin (bojjhanga)
8 (faktor-faktor dari) jalan
Kesan indera (phassa)
Perasaan
(vedana)
Kesadaran (citta)
Pencerapan-indera (sanna) Tekad (adhimokkha)
Kemauan-pikiran (cetana) Keperhatian
Disertakainya sebagai tambahan kepertigaan dan keperduaan diantara
pokok-pokok dari pemeriksaan ditunjukkan dalam cetakan itu oleh satu kalimat
tunggal : "juga, seluruh dhammasangani itu (tergolong pada cetakan dari
dhatu-katha". Seperti dapat dilihat dari kutipan berikut ini,
pertanyaan-pertanyaan dijawab masing-masing dalam tekad hanya dengan mengatakan
berapa banyak kelompok-kelompok, dll, didapati di dalam hal masing-masing
dimana nampak perlu, identifikasi daripada kelompok-kelompok itu, dll, dengan
nama, telah ditambahkan dalam kurungan oleh pengarang. Dalam beberapa hal
tidaklah mudah untuk mendapatkan suatu jawaban yang konkrit pada pertanyaan-pertanyaan
yang rumit itu. Dalam kenyataannya, dhatu katha. yamaka dan bagian tanya jawab
dari vibhanga, adalah suatu ujian yang sangat keras untuk pemikiran logika dan
analistis dan untuk keahlian dalam mempergunakan istilah-istilah doktrinal yang
fondamentil yang menjadi pokok bahan daripada risalat-risalat itu.
IV PUGGALA � PANNATTI
Buku ini, terkecil daripada buku-buku abhidhamma. nampak agak tidak pada
tempatnya di dalam abhidhamma pitaka, seperti diperlihatkan oleh bahkan
judulnya "uraian daripada perorangan". Karena adalah ciri utama
daripada abhidhamma bahwa ia tidak memakai konsepsi-konsepsi biasa seperti
"perorangan", dll, tapi berurusan hanya dengan yang terakhir atau
kebenaran-kebenaran dalam "arti tertinggi" (paramatha dhamma), yaitu
fenomena batiniah dan materi dan penggolongan-penggolongan mereka ke dalam
kelompok-kelompok (khanda), landasan-landasan, unsur-unsur dll. Namun risalat
ini sesuai dengan mata pokoknya di tulis dalam bahasa biasa seperti
dipergunakan didalam sutta-pitaka. Pada kenyataannya sebagian besar daripada
isinya mempunyai kesejajaran bahasa di dalam anguttara nikaya dan sangiti sutta
dari digha nikaya.
Risalat itu dihantarkan dengan satu cetakan dan pasalnya yang pertama
menunjukkan satu alasan biasa untuk diikut sertakan buku ini di dalam
abhidhamma pitaka. Cetakan itu mulai dengan menomori enam macam �uraian� (pannati); uraian dari kelompok-kelompok (khandha-pannatti), dari
landasan-landasan, unsur-unsur dari kebenaran-kebenaran, dari
kemampuan-kemampuan, dan akhimya dari perorangan-perorangan (puggala pannatti).
Lima yang pertama itu tentunya jatuh pada lapangan abhidhamma dan mungkin telah
menyebabkan termasuknya risalat itu ke dalam abhidhamma pitaka. Lima cara itu
namun hanya muncul dalam cetakan itu hal mana hanya menambahkan pembagian
mereka masing-masing ke dalam kelompok kejasmanian dll. Disitu tidak terdapat
pengolahan dari mereka itu dengan terperinci di dalam tubuh utama daripada buku
itu. Sebagai alasan untuk ketinggalan itu, komentar menyebutkan bahwa bahan
pokok daripada. lima uraian-uraian itu telah di olah dengan perincian lengkap
di dalam bab masing-masing dari vibhanga.
Cetakan itu kini berjalan untuk memberikan penjudulan-penjudulan untuk �uraian daripada perorangan-perorangan". Uraian ini membagi kedalam 10
bab-bab, darimana yang pertama berurusan dengan perorangan-perorangan tunggal,
yang kedua dengan pasangan-pasangan, ketiga dengan kelompok-kelompok dari tiga,
dst sampai deagan penggolongan sepuluh kali ganda. Sepuluh bab itu berisikan
142 pengelompokan dari perorangan-perorangan dengan 386 peroranaan-perorangan
tunggal nanum juga sebagian melompat. Pengungkapan yang terperinci yang
menyusul cetakan itu mempunyai bagian-bagian yang sama. la beri tidak hanya
definisi-definisi singkat daripada berbagai jenis manusia, tapi juga beberapa
keterangan-keterangan yang agak panjang dan sejumlah perumpamaan yang luas dan
indah. Terpisah dari penggolongan-penggolongan perorangan-perorangan secara
etik, sejumlah besar istilah-istilah spesifik ajaran yang penting berkenaan
dengan jenis-jenis manusia, juga diterangkan di sini, dan juga diantara mereka
itu termasuk yang relatif jarang terjadi.
Dari itu, buku yang kecil ini membentuk satu manual atau pedoman yang akan
terbukti sangat penting dalam mempelajari ajaran-ajaran Buddha.
(1,9) "Orang manakah adalah satu �makhluk dunia�(putthujjana)?
Seseorang yang belum meninggalkan 3 belenggu (dari kejahatan- diri,
ketidakpercayaan, keyakinan dalam aturan-aturan dan upacara-upacara), dan juga
belum berada di atas jalan meninggalkan akan barang-barang itu, orang
sedemikian itu disebut satu makliluk dunia.
(1.19) "Yang manakah orang yang "mencapai dua ujungnya dengan
berbareng"? - la adalah seseorang di dalam diri-siapa, ujung daripada
kecondongan-kecondongan (asava) dan ujung daripada kehidupan terjadi pada saat
yang sama".
(1.20) "Yang manakah adalah orang yang "bisa menghentikan satu
kehancuran dunia" (thitakappi)? - la adalah satu orang yang berada di atas
jalan merealisir pembuahan daripada pemasukan-aliran. Maka, jika saat
pembakaran dari dunia telah tiba, tata dunia itu tidak akan dimakan api
sebelumnya orang itu telah merealisir pembuahan daripada pemasukan-aliran. Juga
semua orang-orang yang telah mencapai pada (satu dari tingkat-tingkat lainnya)
jalan-jalan adalah sedemikian yang bisa menghentikan atau menahan satu
kehancuran dunia.
V. KATHA VATTHU
Buku ini dipertalikan pada tetua Moggali-putta-tissa yang menurut tradisi
yang telah menyusun buku ini sebagai risalat polemik terhadap kelompok-kelompok
viharawan, atau aliran-aliran yang terdapat pada abad ketiga sebelum kristus
dan melafalnya dengan dewan ketiga di Pataliputta yang sekarang dikenal sebagai
Patna, dewan mana telah dipanggil berkumpul oleh Raja Asoka pada tahun
kira-kira 246 sebelum kristus.
Singkatnya ini adalah apa yang komentar atas karya ini memberikan tahu pada
kita akan sejarah dari sekte-sekte itu yang agak membingungkan dan yang masih
belum terpecahkan : seratus tahun setelah meninggalnya Sang Buddha apa yang di
sebut para Bhikkhu dari Vajji-puttaka menyarankan perlunakan dari
peraturan-peraturan sangha dan mereka mendirikan sekte maha sanghika, darimana
timbul 5 sekte lain dari pada abad kedua setelah meniggalnya sang Buddha,
dengan mana menjadikan 6 sekte semuanya. Sekte asli dari Buddhisme, sebab itu
diulangi oleh 500 Thera, atau tetua-tetua seketika setelah kematian Sang
Buddha, yang disebut Theravada, sebelas sekte menarik diri terpenting diantara
mereka itu adalah Sarvastivada. Dengan demikian menjadikan dua belas sekte
semuanya. Abad ke dua setelah Sang Buddha yaitu abad ketiga sebelum kristus,
kita dapati sama sekalinya 18 sekte yang berbeda-beda., 17 darimana dianggap
sebagai perpecahan oleh para theravadin dan hanya Theravada itu sendiri yang
berpendirian menurut adat (orthodok).
Menurut abad kuno dari Srilanka, kitab-kitab mahavamsa, dan dipavamsa,
semua para Vajji putaka itu bukanlah pendiri daripada sekte mahasanghika, akan
tetapi adalah bhikkhu-bhikkhu yang telah dikeluarkan dari masyarakat
bhikkhu-bhikkhu dan mahasanghika atau pengikut-pengikut dari dewan agung telah
muncul (sesuai dengan tradisi utara dari Vasumitra dan Bhvya) tanpa
bergantung pada para Vajji puttaka yang lagi berfigur sebagai tunas daripada
Theravada Menurut tradisi selatan. para mahasanghika. merubah dan memalsukan
sutta dari vinaya, dan membuat-membuat sejumlah sutta-sutta yang mereka
sebarkan sebagai kata dari Sang Buddha.
Raja Asoka memperlihatkan penghargaan besar pada Buddhisme dan
bhikkhu-bhikkhu Buddhis, maka banyak guru-guru dan pengikut-pengikut dari kepercayaan
lain mencari-cari memasuki sangha, ataupun diam-diam menggunakan jubah
kuning, pada mereka itu pada masih meneruskan pandangan-pandangan
upacara-upacara keagamaan mereka, seperti pemujaan api dan matahari, dsb.
Berkali-kali percobaan dan usaha-usaha untuk memecahkan keadaan-keadaan yang
kacau daripada ke-bhikkhuan buddhis, akhirnya Raja Asoka memanggil dan
melangsungkan dewan agung di Pattali Putta, dimana seluruh kanon diulangi dari
Moggalitissa ini di masukkan ke dalam abhidhammapitaka.
Kathavatthu berisikan 219 pertentangan-pertentangan yang dibagi kedalam 23
bab. Di situ tidak terdapat perencanaan yang jelas dalam hal
pengelompokkan-pengelompokkan pertentangan-pertentangan itu, ataupun berkenaan
dengan mata pokok mereka, mengenai sekte-sekte yang berkaitan itu. Keseluruhan
itu nampak agaknya telah bertumbuh berangsur-angsur, sehingga berdasarkan sebab
ini seseorang akan ragu-ragu untuk mempertalikan seluruh karyanya itu pada satu
pengarang tunggal. Tetapi kenyataan bahwa sebagian dari, pendapat-pendapat para
pemecah-pemecah itu dipertalikan pada sekte-sekte yang timbul berapa abad
kemudian, maka saja menganggap sebagian bukti positip bahwa Moggaliputtatisa
tidak mungkin adalah satu-satunya daripada pengarang buku itu.
Sejumlah besar dari spekulasi itu menuturkan sesungguhnya pada hal-hal yang
sangat kecil dan sering adalah hanya satu pihak, ataupun menyesatkan, dan
semuanya itu hampir dapat diusut kembali pada pengertian yang salah atau tidak
tepat, pada pemakaian yang serampangan daripada istilah-istilah teknis,
daripada ucapan-ucapan yang terlogis dari sekte-sekte perpecahan yang
dipertalikan pada pendapat-pendapat yang diolah dalam karya ini. Sekte-sekte
itu sebenanya ada pada jaman Asoka, dan dari mereka itu, lagi hanya tiga yang
disebut sekali saja dan satu disebut dua kali.
VI YAMAKA
Rhys Davids dalam mukadimah dari buku edisinya teks pali; dengan agak
kurang tepat, memunakan buku ini serta sepuluh babnya sehagai �sepuluh lembah dari tulang-tulang kering� dan menyatakan bahwa satu-safunya kesempatan yang mungkin daripada buku
ini adalah untuk keperluan:
1. Tempat penunjukkan
2. Sebagai satu perbendaharaan
daripada istilah-istilah, darimana seorang guru dapat memilih-milih, akan
tetapi tidaklah buku ini dapat dianggap sebagai satu karya yang sesuai untuk
bacaan ataupun untuk lafalan.
Padaku nampaknya seakan-akan buku ini telah digubah untuk keperluan ujian
ataupun untuk kemahiran dalam menjawab akan pertanyaan-pertanyaan yang
dibuat-buat atau pertanyaan-pertanyaan yang berarti dobel, ataupun
pertanyaan-pertanyaan mengkritik atau semua ejaan-ejaan yang berlipat ganda,
dan latihan-latihan teknis dari falsafah Buddhis. Soal-soal dari identitas,
sub-ordinat dan koordinat dari konsepsi-konsepsi memegang peranan utama dalam
pekerjaan kita dalam usaha memberi satu penjelasan yang logis serta pembatasan
dari semua konsepsi-konsepsi ajaran berkenaan dengan jarak dan isi mereka. Buku
ini adalah suatu karya dari logika yang terterapkan, seperti juga adanya katha
vathu, dsb. Kebanyakan dari buku ini bermain-main atas kata-kata, walaupun
diucapkan dalam nada keagungan dari logika namun terkadang tampak agak aneh.
Bahwa buku ini disebut �pasansan-pasangan
(yamaka), sangatlah mungkin dikarenakan pengelompokan yang dobel atas mutu
pertanyaan dan perumusan pembicaraannya yang dipasang sejajar tetap dari
permulaan sampai ke ujung. Seluruh buku ini dalam edisi bahasa muangthai
meliputi dua jilid besar yang terdiri dari 1394 lembar, yang dibagi ke dalam 10
bab dari pasangan-pasangan pertanyaan-pertanyaan, dan tiap bab membentuk satu
pemeriksaan ke dalam fenomena-fenomena. dengan menunjukkan mereka itu pada satu
golongan khusus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar