AKUSALA
CITTA 12
Dalam diri manusia yang belum mencapai tingkat-tingkat kesucian terdapat sifat-sifat baik dan sifat-sifat buruk. Diantara ke dua jenis sifat tersebut, sifat-sifat buruklah yang lebih dominan dalam diri manusia. Oleh sebab itu, manusia lebih suka berbuat jahat daripada berbuat baik yang tentunya akan mengakibatkan penderitaan bagi manusia itu sendiri.
Sifat atau pikiran buruk itu berakar dari Lobha (keserakahan), Dosa (kebencian), dan Moha (kebodohan). Lobha, Dosa, dan Moha terdapat dalam diri setiap orang yang belum mencapai tingkat-tingkat kesucian, tetapi dalam ‘kadar’ yang berbeda-beda. Ada orang yang sifat Lobhanya lebih menonjol, atau sifat Dosanya lebih menonjol, atau sifat Mohanya lebih menonjol.
Pengertian Akusala Citta
Akusala Citta, berarti kesadaran atau pikiran yang tidak baik atau amoral.
Kesadaran atau pikiran ini bersekutu dengan Akusala Cetasika atau bentuk-bentuk batin yang tidak baik. Kesadaran atau pikiran ini timbul dari Lobha ( keserakahan), Dosa (kebencian), dan Moha (kebodohan).
Lobha timbul karena indera mencerap obyek yang baik,
Dosa timbul karena indera mencerap obyek yang tidak baik,
sedangkan Moha timbul karena adanya ayonisomanasikara yang berarti pertimbangan yang tidak sedetil-detilnya terhadap sesuatu, sehingga tidak dapat mengetahui sesuatu itu dengan sewajarnya.
Lobha, Dosa dan Moha merupakan 3 akar kejahatan atau akusala mula yang mengakibatkan penderitaan bagi manusia. Dengan adanya 3 akar kejahatan ini, manusia bertumimbal lahir terus menerus dalam roda samsara ini.
Dalam kamavacara Citta, ven. Anuruddhacariya Mahathera mengajarkan Akusala Citta terlebih dahulu. Hal ini disebabkan oleh akibat yang timbul dari adanya akusala citta. Jika akusala citta timbul dalam diri seseorang, maka kesadaran ini akan memberikan akibat tidak baik atau penderitaan yang akan dialami orang tersebut dalam kehidupannya. Oleh sebab itu, setiap umat Buddha seyogyanya mengetahui sifat atau keadaan dari Akusala Citta itu dan kemudian berusaha melenyapkannya.
Pengelompokan Akusala Citta
Akusala Citta berjumlah 12 jenis, Berdasarkan Kusala-Mula, Akusala Citta dapat dikelompokkan dalam 3 kelompok, yaitu :
1. Lobhamula Citta ( terdiri dari 8 jenis)
2. Dosamula Citta ( terdiri dari 2 jenis)
3. Mohamula Citta (terdiri dari 2 jenis)
I. Lobhamula Citta.
Lobha Mula Citta berarti kesadaran atau pikiran yang berakar pada lobha.
Lobhamula Citta terdiri dari 8 jenis, yaitu :
1. Kesadaran atau pikiran yang timbul tanpa ajakan (Spontan), disertai perasaan senang, dan bersekutu dengan pandangan salah (Somanassa-sahagatam ditthigatasampayuttam, asankharikam)
Contoh : Dengan penuh perasaan senang seorang anak kecil secara spontan mencuri sebuah apel, dengan berpikir bahwa tidak ada kejahatan di dalam perbuatannya.
2. Kesadaran atau pikiran yang timbul dengan ajakan, disertai kesenangan dan bersekutu dengan pandangan salah (Somanassa-sahagatam ditthigatasampayuttam sasankharikam)
Contoh : Dengan ajakan dari sahabatnya ,seorang anak mencuri sebuah apel dengan senang hati, dan berpikir bahwa tidak ada kejahatan di dalam perbuatannya.
3. Kesadaran atau pikiran yang timbul tanpa ajakan ( spontan), disertai perasaan senang dan tidak bersekutu dengan pandangan salah (Somanassa-sahagatam ditthigatavippayuttam asankharikam).
Contoh : Dengan spontan seseorang mencuri ayam dengan perasaan senang, walaupun ia telah mengetahui bahwa perbuatannya itu salah .
4. Kesadaran atau pikiran yang timbul dengan ajakan, disertai kesenangan dan tidak bersekutu dengan pandangan salah (Somanassa-sahagatam ditthigatavippayuttam sasankharikam).
Contoh : Seseorang pergi memancing ikan mengikuti kehendak sahabatnya dengan disertai perasaan senang, walaupun ia telah mengetahui bahwa perbuatannya itu salah.
5. Kesadaran atau pikiran yang timbul tanpa ajakan (spontan) disertai ke-masabodohan (netral) dan bersekutu dengan pandangan salah (Upekkhasahagatam ditthigatasampayuttam asankharikam)
Contoh : Seseorang mencuri mangga yang timbul secara spontan (tanpa ajakan) dengan disertai sedikit perasaan senang, dan dengan pandangan tiada kejahatan dalam perbuatannya itu. (“ Apa salahnya aku mengambil mangga itu? , ah...cuek aja deh.. !”)
6. Kesadaran atau pikiran yang timbul dengan ajakan disertai kemasabodohan(netral) dan bersekutu dengan pandangan salah (Upekkha-sahagatam ditthigatasampayuttam sasankharikam).
Contoh : Dengan ajakan dari sahabatnya seorang anak mencuri sebuah apel dengan disaertai sedikit perasaan senang (netral, dan berpikir bahwa tidak ada kejahatan di dalam perbuatannya.
7. Kesadaran atau pikiran yang timbul tanpa ajakan (spontan) disertai kemasabodohan(netral) dan tidak bersekutu dengan pandangan salah (Upekkhasahagatam, ditthigatavippayuttam asankharikam)
Contoh : Dengan spontan seorang anak mencuri sebuah apel dengan sedikit perasaan senang (netral), walaupun ia tahu bahwa ada kejahatan di dalam perbuatannya.
8. Kesadaran atau pikiran yang timbul dengan ajakan disertai kemasabodohan (netral) dan tidak bersekutu dengan pandangan salah (Upekhasahagatam ditthigatavippayuttam, sasankharikam)
Contoh : Dengan ajakan dari temannya seorang anak mencuri sebuah apel dengan sedikit perasaan senang (netral), walaupun ia tahu bahwa ada kejahatan di dalam perbuatannya.
Salam Metta,
Sabbe satta bhavantu sukhitatta
Semoga semua makhluk berbahagia
http://tanhadi.blogspot.com/
http://www.tamandharma.com/
Sabbe satta bhavantu sukhitatta
Semoga semua makhluk berbahagia
http://tanhadi.blogspot.com/
http://www.tamandharma.com/
Dalam lobhamula Citta yang berjumlah delapan
jenis ini terdapat 3 pasang Dhamma, yaitu :
a. Somanassa-sahagatam dan upekkhasahagatam.
Somanassa-sahagatam berarti timbulnya disertai perasaan senang, yaitu perasaan senang yang luar biasa. Jika seseorang mempunyai pikiran serakah yang timbulnya disertai kesenangan yang luar biasa, maka ia akan menerima akibat jahat yang berat.
Upekkhasahagatam berarti timbulnya disertai kemasabodohan, yaitu mempunyai hanya sedikit perasaan senang. Jika seseorang mempunyai pikiran serakah yang timbulnya disertai sedikit kesenangan, maka ia akan menerima akibat jahat ringan atau agak ringan.
b. Ditthogatasampayutta dan Ditthigatavippayutta.
Ditthogatasampayutta berarti bersekutu dengan pandangan salah atau Miccha-ditthi, seperti menganggap tidak ada akibat dari perbuatan jahat, tidak ada sorga dan neraka, orang yang berpikiran seperti ini tidak mengetahui bahwa perbuatan salah sehingga ia melekat, Ini tentu lebih berat akibatnya karena dapat menjurus ke alam Apaya.
Ditthigatavippayutta berarti tidak bersekutu dengan pandangan salah atau Miccha-ditthi, tetapi bukanlah berarti mempunyai pandangan benar atau samma-ditthi. Yang dimaksudkan disini ialah orang itu telah mengetahui bahwa perbuatan itu salah sehingga ia tidak melekat. Karena tidak melekat, hal ini akan membawa akibat yang lebih ringan.
c. Asankharika dan Sasankharika.
Asankharika berarti timbulnya tanpa ajakan. Jadi, kesadaran atau pikiran ini dalam keadaan kuat (tikkha). Jika seseorang mempunyai pikiran serakah yang timbulnya tanpa ajakan, maka ia akan menerima akibat jahat yang berat.
Sasankharika berarti timbulnya dengan ajakan, Jadi kesadaran atau pikiran itu dalam keadaan lemah (manda). Jika seseorang mempunyai pikiran serakah yang timbulnya dengan ajakan, maka ia akan menerima akibat karma jahat yang ringan atau agak ringan.
Dengan mengetahui 3 pasang Dhamma diatas dan melihat contoh-contohnya, kita dapat mengetahui bahwa di antara 8 jenis Lobha mula-Citta ini ternyata Lobha jenis pertama berakibat paling berat karena pikiran Lbha itu timbul tanpa ajakan, disertai perasaan senang, bersekutu dengan pandangan salah.
Sedangkan Lobha jenis ke delapan berakibat paling ringan, karena pikiran Lobha itu timbul dengan ajakan, disertai kemasabodohan (netral), tidak bersekutu dengan pandangan salah.
Dengan mengetahui berat ringannya akibat dari pikiran yang berakar pada Lobha, kita harus berusaha secara maksimal agar jika pikiran Lobha itu harus timbul juga daqlam diri kita sebagai manusia biasa yang belum mencapai tingkat kesucian, maka hendaknya pikiran Lobha yang timbul itu berakibat paling ringan. Jadi, kita harus berusaha untuk melenyapkan pikiran-pikiran Lobha, terutama yang berakibat paling berat, agar kita tidak menderita lebih lama lagi sebagai akibat dari perbuatan jahat yang telah kita lakukan pada masa lampau.
a. Somanassa-sahagatam dan upekkhasahagatam.
Somanassa-sahagatam berarti timbulnya disertai perasaan senang, yaitu perasaan senang yang luar biasa. Jika seseorang mempunyai pikiran serakah yang timbulnya disertai kesenangan yang luar biasa, maka ia akan menerima akibat jahat yang berat.
Upekkhasahagatam berarti timbulnya disertai kemasabodohan, yaitu mempunyai hanya sedikit perasaan senang. Jika seseorang mempunyai pikiran serakah yang timbulnya disertai sedikit kesenangan, maka ia akan menerima akibat jahat ringan atau agak ringan.
b. Ditthogatasampayutta dan Ditthigatavippayutta.
Ditthogatasampayutta berarti bersekutu dengan pandangan salah atau Miccha-ditthi, seperti menganggap tidak ada akibat dari perbuatan jahat, tidak ada sorga dan neraka, orang yang berpikiran seperti ini tidak mengetahui bahwa perbuatan salah sehingga ia melekat, Ini tentu lebih berat akibatnya karena dapat menjurus ke alam Apaya.
Ditthigatavippayutta berarti tidak bersekutu dengan pandangan salah atau Miccha-ditthi, tetapi bukanlah berarti mempunyai pandangan benar atau samma-ditthi. Yang dimaksudkan disini ialah orang itu telah mengetahui bahwa perbuatan itu salah sehingga ia tidak melekat. Karena tidak melekat, hal ini akan membawa akibat yang lebih ringan.
c. Asankharika dan Sasankharika.
Asankharika berarti timbulnya tanpa ajakan. Jadi, kesadaran atau pikiran ini dalam keadaan kuat (tikkha). Jika seseorang mempunyai pikiran serakah yang timbulnya tanpa ajakan, maka ia akan menerima akibat jahat yang berat.
Sasankharika berarti timbulnya dengan ajakan, Jadi kesadaran atau pikiran itu dalam keadaan lemah (manda). Jika seseorang mempunyai pikiran serakah yang timbulnya dengan ajakan, maka ia akan menerima akibat karma jahat yang ringan atau agak ringan.
Dengan mengetahui 3 pasang Dhamma diatas dan melihat contoh-contohnya, kita dapat mengetahui bahwa di antara 8 jenis Lobha mula-Citta ini ternyata Lobha jenis pertama berakibat paling berat karena pikiran Lbha itu timbul tanpa ajakan, disertai perasaan senang, bersekutu dengan pandangan salah.
Sedangkan Lobha jenis ke delapan berakibat paling ringan, karena pikiran Lobha itu timbul dengan ajakan, disertai kemasabodohan (netral), tidak bersekutu dengan pandangan salah.
Dengan mengetahui berat ringannya akibat dari pikiran yang berakar pada Lobha, kita harus berusaha secara maksimal agar jika pikiran Lobha itu harus timbul juga daqlam diri kita sebagai manusia biasa yang belum mencapai tingkat kesucian, maka hendaknya pikiran Lobha yang timbul itu berakibat paling ringan. Jadi, kita harus berusaha untuk melenyapkan pikiran-pikiran Lobha, terutama yang berakibat paling berat, agar kita tidak menderita lebih lama lagi sebagai akibat dari perbuatan jahat yang telah kita lakukan pada masa lampau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar