PERSAMAAN DAN PERBEDAAN
HINAYANA DAN MAHAYANA
- Latar Belakang Masalah
Semenjak Sang Buddha parinibbana
terdapat beberapa usaha untuk menlestarikan ajaran Buddha. Diprakarsai oleh
Maha Kassapa terbentuklah Sanghayana I yang berusaha melestarikan ajaran
Buddha dengan mengulang kembali ajaran-ajaran Buddha melalui bhikkhu Ananda dan
Bhikkhu Upali yang mengulang Dhamma dan Vinaya.
Demikian seterusnya guna
melestarikan Dhamma dan Vinaya dilakukan Sanghayana-Sanghayana yang
lain. Pada Sanghayana ke dua terdapat permasalahan dimana bhikkhu-bhikkhu dari
suku Vajji mengajukan 10 point peraturan yang berbeda sekali dengan yang telah
ada. Menurut cullavagga hal ini teru berlanjut menjadi konflik yang
akhirnya menimbulkan munculnya gerakan baru yaitu Mahayana sedang yang
konservatif disebut hinayana. Tetapi menurut Mahavagga setelah
terjadinya perdebatan itu masalah selesai dan masing-masing pihak menerimanya.
Tidak terjadi sanghayana lain yang dilakukan oleh kelompok kontra konservatif.
Terlepas dari semua histori
kemunculan dua aliran besar yaitu hinayana dan Mahayana pada kenyataanya
sekarang terdapat dua aliran besar yaitu Theravada dan Mahayana yang diyakini
bibitnya berasal dari Hinayana dan Mahayana.
Kedua aliran itu telah berkembang
masing-masing dengan segala atributnya masing-masing. Keduanya telah memperkaya
kompleksitas Buddhisme. Kedua aliran ini mempunyai persamaan karena berasal
atau bersumber pada hal yang sama yaitu Buddha. Keduanya juga mempunyai
perbedaan-perbedaan yang mendasar karena prinsip-prinsip diantara keduanya
berbeda.
- Rumusan Masalah
Masalah dalam paper ini dinyatakan
dalam dua indikator yaitu:
1.
Apa
persamaan konsep dalam buddhisme antara Hinayana dan Mahayana?
2.
Apa
perbedaan konsep dalam buddhisme antara Hinayana dan Mahayana?
- Batasan Masalah
�
Persamaan
konsep dalam buddhisme antara Hinayana dan Mahayana
�
Perbedaan
konsep dalam buddhisme antara Hinayana dan Mahayana
- PEMBAHASAN
Mahayana terdiri dari dua kata yakni
maha (besar) dan yana (kendaraan), jadi secara etimologis berarti
kendaraan besar. Ide maha merujuk pada tujuan religius seorang buddhis
yaitu menjadi Bodhisatva Samasamboddhi (Buddha sempurna), sedangkan Hinayana
terdiri dari hina (kecil) dan yana sering disebut
sebagai kendaraan kecil karena bertujuan menjadi arahat maupun paccekabuddha
yang dianggap lebih rendah (inferior). Istilah Hinayana sendiri
sebenarnya merupakan istilah yang diberikan oleh kaum Mahayana.
Kedua aliran ini jelas mengakui
Buddha Sakyamuni sebagai guru mereka sehingga ajaran-ajaran yang berkembangpun
banyak yang sama, tetapi Mahayana sifatnya lebih fleksibel maka ajarannya juga
sesuai dengan kebudayaan dimana Mahayana berkembang. Sedangkan hinayana
bersifat ortodoks, konservatif pada ajaran yang telah ada sehingga tampak kaku.
Ciri-ciri
Mahayana dan Hinayana
1. Aspek Penafsiran
Mahayana lebih bersifat progresif
dan liberal dalam arti tidak kaku dan melekat begitu saja terhadap ajaran
Buddha yang tersurat. Dalam hal penafsiran Hinayana lebih bersifat konservatif
yaitu menjaga yang sudah ada, mengacu pada apa yang sudah ditetapkan pada
konsili-konsili yang sudah ada. Hal ini dipertahankan guna mengantisipasi
adanya kesalahan penafsiran.
2. Aspek Cita-cita
Kemunculan Mahayana merupakan suatu
revolusi cita-cita keselamatan, pembebasan atau tujuan tertinggi dalam Buddha
Dharma, yaitu berjuang melaksanakan Bodhisattvayana untuk meraih
kesempurnaan menjadi Buddha. Cita-cita religious dalam Mahayana ini menunjukan
bahwa tak ada sesuatupun yang tidak dapat dikorbankan oleh Bodhisattva
demi kebaikan makhluk-makhluk lain. Sedangkan Hinayana yang merupakan
paham yang konservatif bercita-cita pada pencapaian arahat, dianggap arahat
adalah satu level dengan sammasambuddha. Tetapi aspek cita-cita pada Hinayana
ini tidak sepenuhnya ingin menjadi arahat karena beberapa pengikut
aliran ini ada yang bertujuan menjadi sammasambuddha.
3. Aspek Metodik
Dalam
melaksanakan cita-citanya, Bodhisattva mempergunakan berbagai metode
yang sifatnya praktis yang dimaksudkan untuk melatih, membina, dan membimbing
semua makhluk ke tujuan akhir kehidupan, penyadaran terhadap Yang Mutlak, yang
dikenal dengan metode Upaya-Kausalya. Bodhisattva melaksanakan
disiplin Bodhi (Bodhicittopada), dan mengarah ke penyadaran Bodhicitta
(Batin pencerahan) yang memiliki dua aspek : Sunyata (Kekosongan)
dan Karuna (Welas asih). Sunyata merupakan implikasi praktis dari
Prajna (Pengetahuan sempurna), dan identik dengan Yang Mutlak, Yang
abosulut. Sedangkan Karuna merupakan prinsip aktif yang merupakan
ungkapan nyata Sunyata dalam fenomena.
Persamaan antara hinayana dan
Mahayana:
1.
Mengakui
Buddha Sakyamuni sebagai guru agung yang telah tercerahkan.
2.
Bersumber
pada kitab Suci Tipitaka (Pali=Hinayana) atau Tripitaka (Sanskrit=Mahayana).
3.
Mengakui
bahwa keberadaan suatu individu adalah penderitaan dan menginginkan terbebas
dari penderitaan ini.
4.
Kebebasan
hanya tercapai jika telah melenyapkan Lobha/raga, dosa/dvesa dan
Moha.
5.
Mengakui
hukum karma/kamma yaitu hukum perbuatan siapa yang berbuat dia yang akan
menerima buah akibatnya. Percaya pada kelahiran kembali yang sangat dekat
dengan hokum karma yaitu ia yang berbuat baik akan terlahir di alam yang
bahagia demikian sebaliknya.
6.
Mengakui
adanya hukum sebab-musabab yang saling bergantungnan meski menurut
TH.Stcherbatsky, Ph.D mereka mempunyai interpretasi masing-masing tetapi dalam
hal ini mereka mengakui bahwa segala sesuatu adalah bergantungan (Paticcasamuppada/pratityasamutpada).
7.
Mengakui
Empat Kesunyataan Mulia sebagai doktrin Buddha yang benar dan mulia.
8.
Mengakui anicca/ksanika,
dukkha/santana, dan anatta/anatmakam.
9.
mengakui 37 Bodhipaksyadhamma/Bodhipakiyadhamma
10. Mengakui
bahwa dunia ini tiada permulaan atau awal begitu pula akhirnya.
Perbedaan
antara Hinayana dan Mahayana:
- Dalam memandang kenyataan dunia hinayana
menggunakan realisme psikologis, sedangkan Mahayana adalah idealis,
implikasinya hinayana memandang penderitaan di dunia ini adalah sebuah
kesunyataan sedang Mahayana menganggap hal ini sebagai sebuah ilusi.
- Hinayana menolak adanya keberadaan yang sejati di
dalam fenomena dan menolak pernyataan-pernyataan metafisika, Mahayana
mnegajarkan Kemutlakan yang abadi (eternal absolute).
- Mahayana menganggap Buddha Gotama adalah guru
yang merupakan manifestasi dari proyeksi yang absolut, sedangkan dalam
Theravada/Hinayana beliau dianggap sebagai manusia normal yang mempunyai
kekuatan lebih. Mahayana memandang Buddha adalah transenden, mutlak, dan
dipuja sangat tinggi dalam Hinayana Buddha dipuja layaknya seorang guru
yang membimbing ke kesucian tidak dilebih-lebihkan.
- Nibbana hanya dapat dicapai oleh usaha
sendiri. Mahayana percaya bahwa nibbana dapat tercapai melalui
bantuan orang luar.
- Menurut Mahayana jasa dapat ditransfer (punya
parinamana) kepada orang lain, sedang hinayana tidak menyetujuinya
hanya dapat menginspirasi mahkluk lain (punya anumodana).
- Menurut Hinayana Nibbana adalah tujuan
tertinggi dari seseorang sedangkan Mahayana memandang kehidupan sebagai Bodhisatva
adalah tujuan yang harus dilalui sebelum mencapai Kebuddhaan.
- Nibbana adalah kebebasan terakhir dari
penderitaan sedang dalam Mahayana hal ini dimengerti sebagai kesadaran
akan sesuatu yang absolut. Menurut Mahayana seseorang sudah
mempunyai kehidupan kebudhaan dan secara sungguh-sungguh menyadari akan
hal ini.
- Hinayana bersifat rasionalistik sedangkan
Mahayana bersifat ghaib. Misalnya dalam memandang mantra Mahayana
mengakui adanya hal mistis dalam mantra-mantra tetapi hinayana memandang
bahwa hal itu didukung oleh banyak factor misal keyakinan, kamma, dan
kebersihan bathin sehingga mantra atau paritta akan mempunyai sifat
mistik.
- Dalam hal bodhisatva Mahayana mengakui bahwa Bodhisatva
telah mencapai penerangan sempurna seperti Avalokitesvara Bodhisatva,
dalam Hinayana Bodhisatva adalah mahkluk calon Buddha yang masih menyempurnakan
paramita untuk meraih penerangan sempurna.
- Dalam Hinayana mahkluk suci ada empat macam
tingkatan yaitu Sottapana, Sakadagami, Anagami, Arahat. Dalam
Mahayana mahkluk suci selain empat tersebut yakni Srotapana,
Sakadagamin, Anagamin, Arhat juga terdapat sepuluh tingkat kesucian
yaitu Dasabhumi yaitu Pramudita, Vimala, prabhakari, Archismati,
Sudurjaya, Abhimukti, Durangama, Acala, Sadhumati, Dharmamegha.
- Do`a dan ritual dalam Mahayana menjadi aspek yang
dipentingkan karena dapat membimbing kepada pencerahan. Berbeda dengan
Hinayana yang tidak terlalu mementingkan do`a dan ritual bahkan melekat
pada ritual dan do1a akan terjerumus dalam penderitaan (Silabataparamamsa)
- Pencapaian kesucian dalam Hinayana adalah dengan
melenyapkan rintangan kekotoran bathin (Kilesaavarana) sedangkan
dalam Mahayana pencapaian kesucian adalah dengan melenyapkan rintangan
kekotoran bathin (Klesavarana) dan rintangan pengetahuan (Jneyaavarana)
- Paramita (kesempurnaan) untuk mencapai sammasambuddha
dalam Hinayana berjumlah sepuluh (dasa paramita) yaitu Dana,
Sila, Nekhama, Panna, Viriya, Khanti, Sacca, Adhithana, Metta, Upekha.
Dalam Mahayana paramita yang ditekankan adalah enam paramita (Sad
Paramita) yaitu Dana, Cila, Ksanti, Virya, Dhyana, Prajna.
Kadang-kadang menjadi dasa paramita ditambah dengan Upaya-Kausalya,
Pranidhana, Bala, Jnana. Penekanan pelaksanaan paramita
Mahayana berdasarkan atas Karuna dan Prajna.
- Kilesa menurut Hinayana ada sepuluh yaitu Lobha,
Dosa, Mana, Dithi, Vicchikicha, Thinamidha, uddhacca, Ahirika, dan
Anotappa. Menurut Mahayana ada enam yaitu Raga, Pratigha, Mana,
Avidya, Kudrasti, Vicikitsa.
Kesimpulan
Buddhisme berkembang sudah lebih
dari dua puluh lima abad telah mengalami banyak perkembangan. Berkembangnya dua
aliran besar yaitu Mahayana dan Hinayana merupakan kemajuan dalam Buddhisme.
Dari kedua aliran itu muncul banyak ajaran-ajaran baru yang semakin memperkaya
ajaran Buddhisme. Tidak dapat dipungkiri dengan munculnya dua aliran besar itu
muncul banyak perbedaan. Perbedaan itu disebabkan oleh banyak faktor seperti
cita-cita, konteks budaya dimana aliran berkembang, dan tokoh-tokoh yang
mempopulerkannya. Demikian halnya dengan dua aliran ini banyak pula perbedaan
yang kadang-kadang saling bertentangan namun banyak pula persamaan.
Perbedaan itu menunjukkan cri khas masing-masing sebagai aliran Buddhisme
sedangkan persamaannya menunjukkan bagaimanapun mereka tetaplah ajaran
Buddhisme. Keduanya menerima prinsip-prinsip ajaran Buddhisme seperti empat
kesunyataan mulia,jalan mulia berunsur delapan, anatma, karma, pratityasamutpada,
37 bodhipakiya Dhamma, dan tingkat-tingkat pencapaian yang merupakan
khas dari ajaran Buddhisme.
Referensi :
Suwarto,T. Buddha Dharma Mahayana.
1995. Jakarta: Majelis Agama Buddha Mahayana Indonesia.
G.P, Malasekera. Encyclopedia Of
Buddhism. 2003.Colombo: Buddhist Publications society.
http//MahayanaBuddist.org � 2008 diakses pada tanggal 11 mei 2008
kalian semua bisa rasakan gak kalau disurga atau nirvana itu seperti apa dan penghuninya seperti apa? apakah yang pikirannya suka emosi suka benci suka egois dan suka marah...??? dan kalian masing masing agama kalian pernah rasakan gak kalau banyak hal baik yg harus dilakukan dan banyak hal buruk yang harus ditinggalkan??? dan sadar gak kalau semua itu demi menyelamatkan jiwa kalian yg bagus luarnya busuk dalamnya!!!! beragamalah untuk hidup bukan hidup untuk agama...makanlah untuk hidup bukan hidup untuk makan...fokuslah dengan agama masing2...jangan berfikir masa lalu karna sesungguhnya masalalu benar benar kita tidak bisa melihatnya...jangan berfikir masa depan karna kita sesungguhnya masa depan benar benar kita tidak bisa melihatnya TETAPI BERFIKIR DAN LAKUKANLAH YANG TERBAIK HARI INI karna kemana tujuan kalian kedunia yang akan datang ditentukan apa yang kalian perbuat hari ini.
BalasHapus